RITAWATI Mozaik Kehidupan

Ini cerita tentang sepupu saya, Usianya selisih dua tahun lebih muda dari saya.   Sejak kecil hingga dewasa sekarang kami sangat dekat bermain bersama, sekolah di tempat yang sama hingga SMP. Di antara sepupu dalam keluarga, saya sangat dekat dengan dirinya. Cerita suka maupun duka kami bagi bersama, sampai akhirnya ada seorang lelaki yang dekat dengannya dan ingin mempersunting dirinya. Ketika mendengarnya akan dilamar lelaki tersebut entah perasaan apa yang terjadi pada diri saya, harusnya saya senang mendengarnya tapi kenapa malah sedih. Mungkin karena rasa “kehilangan”, tapi sejujurnya bukan itu. Atau karena saya dilangkahi oleh sepupu saya?!!. bukannya ini hanya masalah waktu?! Dan ketika saya bertanya padanya “Apakah kamu yakin dia orangnya? Sudah siap menjalani hidup berumah tangga?”. Dengan mantap hanya satu jawaban yang keluar dari mulutnya yaitu “InsyaAllah”… Ooh, sungguh saat mendengarnya saya baru memahami dan bisa mengikhlaskan keputusannya. InsyaAllah lelaki ...

Tulisan ini cerita yang tertinggal di awal Syawal kemarin. Lagi-lagi sepotong fragmen yang terjadi pada diri saya, membuat saya makin mengerti makna kata kesempatan. Saya tidak menyangka akan “melihatnya” lagi seseorang yang sangat saya kagumi meski dari kejauhan. Saat itu entah kenapa pandangan mata saya tertuju pada sebuah bangunan yang cukup jauh dari tempat saya berdiri, dan memperhatikan baik-baik orang-orang yang berada di tempat itu. Ketika saya berada disana, saya sama sekali tidak berharap akan melihatnya. Bahkan saya sempat berucap “bisa melihatnya di antara ratusan pasang mata itu adalah sebuah anugerah”. Saat itu pandangan mata saya seperti mengikuti kata hati saya untuk memperhatikan orang-orang di sekitar bangunan itu. Mendengarkan kata hati memang tak pernah salah Cerita di bulan Ramadhan kemarin di tempat yang berbeda pun terjadi dan masih tertinggal di benak saya. Saya belajar tentang ketekunan dan kerja keras dari seseorang yang manis dan lembut perangainya. Me...