ANAK TANGGA
Tak ada salam apalagi sapa namun aku bahagia. Entah rasa bahagia seperti
apa yang aku rasakan saat itu. Fragmen di Anak Tangga yang terjadi padaku sembilan bulan kemarin tepat pada bulan
Ramadhan 1433 H. Takkan lekang oleh ingatanku sepotong kejadian yang hanya selintas
terjadinya, dan itu akan membuat penasaran saat mengenangnya.
Selama hampir sebulan aku merasakan kebahagiaan. Saat malam tarawih tiba
aku mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan lelaki itu. Aku menyebutnya
dengan “Anak Tangga”. Saat menuju Masjid, atau ketika sampai di Anak Tangga,
apalagi ketika sudah berada di dalam Masjid. Mungkin inilah yang disebut
dengan berkah Ramadhan.
Aku mengangumi semua yang ada padanya, sebelum kejadian ini saat bulan
Ramadhan 1432 H, aku sudah mengenalnya namun hanya mendengar suara dan melihat
punggungnya saja selama enam belas malam. Dan itu membuatku penasaran. Setahun
kemudian saat malam tarawih ke dua,
Oh, aku mendengar suara yang sama seperti setahun kemarin, dan ternyata
benar adanya dia hadir kembali. Selepas Shalat Tarawih para jamaah satu persatu
menuruni anak tangga, aku pun memperhatikan dan akhirnya aku melihatnya untuk
kali pertama lengkap dengan cara berbusana muslimnya dengan warna yang senada. Dan
subhanallah kata itu pun yang langsung keluar dari mulutku.
Ramadhan pun berakhir, namun aku masih rutin mengunjungi Masjid untuk
shalat Maghrib berjamaah berharap bisa bertemu lagi dengannya. Ah ini benar-benar modus namanya.
Hehehe. Dan satu malampun dia tak pernah muncul Padahal aku selalu menunggunya
muncul dari balik pintu itu dengan pakaiannya yang senada. Sampai aku
berkesimpulan bahwa Anak Tangga hanya muncul pada bulan Ramadhan saja.
Namun meskipun aku tidak bertemu dengannya, tapi aku tetap menikmati dan
nyaman ketika berada di Masjid. Aku mendapatkan teman-teman baru seperti
Arafah, jamaah lainnya, dan dua Muadzin yang katanya Arafah mereka “Ngefans”
denganku. Ah, aku tidak seperti yang kalian pikirkan. Dan satu hal yang membuatku senang adalah
sesekali aku pergi bersama Ayah, perjalanan selama pergi dan pulang dari
Masjid itulah aku punya kesempatan untuk bercerita berdua dengan Ayah seperti
saat mengantarkan ke Sekolah dulu.
Selama beberapa bulan sejak tak lagi bertemu dengan Anak Tangga. Aku
mengambil makna dan juga mengubah perasaanku kini. Yakni bisa dibilang Allah
memberikanku hidayah dengan dia sebagai perantaranya. Entahlah namun itu
yang kumaknai. Moment itulah jadi titik balik buatku untuk memperbaiki kualitas
diriku dan lebih mendekatkan diri padaNya. Terimakasih atas pertemuan ini.
Hanya Anak Tangga yang tak pernah membuatku kecewa. Datang di saat
waktunya tiba dan pergi di saat waktunya telah berakhir. Ah andai saja peci
putihnya tertinggal, seperti di kisah
Cinderella. Hehehehe!
Dua bulan lagi, Sampai Nanti…..
Comments
Post a Comment