'Nduk'
Di penghujung 2013, tepat
dua tahun dua bulan kebersamaan saya dengan pimpinan di tempat saya bekerja.
Selama itu pula saya banyak belajar dari beliau. Ketika berada di kantor, beliau
mampu berbaur dan menciptakan rasa kekeluargaan dengan karyawannya. Dalam
hubungan dengan pekerjaan beliau mampu memposisikan dirinya sebagai ‘Pimpinan
dan karyawan’, dan di sisi lain beliau memposisikan dirinya diluar hubungan
pekerjaan sebagai ‘Bapak dan Anak’. Seperti bercerita hal-hal yang bersifat
pribadi sampai yang menyangkut tentang keluarga saya dan keluarga beliau.
Kata ‘nduk’
adalah sapaan secara spontan yang biasa beliau ucapkan kepada saya, mungkin karena
latar belakangnya berasal dari Jawa, dan saya adalah satu-satunya karyawan
perempuan. Selama bekerjasama dengan beliau, banyak hal yang saya pelajari.
Memang di awal-awal saya agak sulit untuk bisa beradaptasi dengan beliau, namun
lama-kelamaan saya mencoba untuk lebih cepat beradaptasi dan memahami sifat dan
cara kerjanya. Saya berpikir juga begitu dengan beliau. Beliau mencoba memahami
saya seperti apa, karena pasti berbeda dengan karyawan di tempat sebelum beliau
ditugaskan.
Saya
banyak melakukan hal-hal baru untuk pekerjaan saya. Hal-hal yang saya tidak
lakukan ketika di pimpin oleh atasan sebelumnya, ketika dipimpin oleh beliau
saya lakukan. Saya juga menemukan pengetahuan baru, serta cerita-cerita yang
sering beliau bagi ketika beliau berada di tempat sebelum beliau bertugas di
sini. Beliau orang yang cerdas, dengan memberi perintah lalu menggerakkan
karyawannya untuk melakukan pekerjaaan yang sudah di amanahkan.
Saya
akan selalu merindukan panggilan ‘nduk’
dari Bapak. Panggilan yang secara spontan Bapak ucapkan ketika berbicara dengan
saya atau hendak memberitahukan sesuatu. Saya pun masih ingat dengan kalimat,
suatu hari bapak pernah berucap : “Saya
tidak akan meninggalkan kota Palu, sebelum melihat Ibu Rita menikah”. Namun
keadaan berkehendak lain. Bapak belum sempat melihat saya menikah, dan sudah
harus pergi untuk bertugas di tempat lain. Tapi ketika saat itu tiba InsyaAllah
saya pasti akan mengabari Bapak dan saya harap bapak berkesempatan untuk hadir.
Seperti
kata bapak sewaktu di Bandara, “saya
tunggu ya undangannya” . Sampai nanti Pak semoga selalu sehat, sukses, dan
lebih baik di tempat yang baru. Sukses yang sama seperti berada bersama kami
meskipun tantangan yang bapak hadapi lebih berat. Dan saya juga berharap semoga
pengganti Bapak di sini adalah orang yang tepat dan bisa mengulang pencapaian
atau bahkan lebih baik sewaktu Bapak Pimpin. Aamiin.
Comments
Post a Comment