Rintik-rintik Sepanjang Hari yang Masih Mengundang Rindu


Dingin, rintik-rintik sepanjang hari. Langit selalu terlihat mendung. Gerimis bahkan hujan sekalipun tak pernah muncul tanda-tandanya, langsung turun begitu saja. Begitulah suasana yang di rasakan ketika berada di kota yang di kenal dengan nama kota hujan “Bogor”. Empat hari saya berada di kota itu, selama ini saya hanya mendengar cerita dari orang-orang yang sudah pernah mengunjungi sebelumnya, dan akhirnya saya berkesempatan untuk ke sana. Cuacanya sungguh jauh berbeda jika dibandingkan dengan kota saya “Palu”. Panas menyengat apalagi ketika musim panas tiba.

Perjalanan yang menyenangkan, saya pergi bersama seorang teman. Mengapa menyenangkan khususnya bagi kami, yang hampir mencoba semua alat transportasi ketika berada di sana. Mulai tiba di Bandara Soekarno Hatta, lanjut dengan menumpang Bis Damri menuju terminal ke Bogor, setelah itu naik ojek lagi ke penginapan. Hanya ketika berkeliling kota Bogor kami naik mobil pribadi. Setelah Dua hari berada di Bogor, kami melanjutkan perjalanan ke Depok, mengunjungi rumah Allah, Masjid Kubah Emas.

Ini adalah perjalanan yang paling lucu bagi kami, karena alat transportasi yang kami gunakan adalah “kereta”. Di kota kami tidak ada kereta, jadi sepanjang perjalanan kami hanya ‘tersenyum’ melihat fragmen di dalam kereta itu seperti apa, dan kami tercengang ketika tarif yang kami bayar sangat murah Rp. 7.000,- untuk kereta kelas ekonomi, ketika berangkat dari stasiun Bogor menuju stasiun Depok Baru, sedangkan saat pulang dari stasiun Depok Baru ke stasiun Bogor hanya membayar Rp. 2.000,- yang melewati lima stasiun. Serta dua kali ganti angkot.

Bogor, kota ini sama sekali tidak pernah terbesit di hati saya untuk mengunjunginya. Karena saya sangat tidak betah dengan cuaca yang sangat dingin. Namun keadaan berkehendak lain. Saya berkesempatan datang ke kota ini untuk bersilaturahmi dengan seseorang yang sesekali memanggil saya dengan sebutan ‘Nduk’. Selama di sana saya akhirnya mendengar lagi sapaan ‘nduk’ yang secara spontan beliau ucapkan ketika kami berbincang. dan mengulang lagi “moment-moment” kebersamaan saya dengan beliau seperti ketika beliau masih berada di Palu. Saat masih memimpin kami di kantor. Kami pun berkesempatan makan bersama dengan Istri dan anak-anak beliau, mengelilingi sebagian Kota Bogor, mengunjungi Kebun Raya Bogor dan membeli oleh-oleh khas kota Bogor “Roti Unyil” dan “Lapis Talas”. Empat hari yang menyenangkan sekaligus mengundang rindu. 
Depok, kota berikut yang kami tuju. Selama ini saya hanya melihat  berita tentang Masjid Kubah Emas hanya dari Televisi. Ketika berkesempatan mengunjunginya, kami takjub melihat keanggunan Masjid Kubah Emas. Kami pun melaksanakan shalat Tahiyyatul-Masjid dan Shalat Jama’taqdim. Sepulang dari Masjid di sisi terminal Depok, ada sebuah Mall besar, kami janjian untuk bertemu dengan teman saya. Dia pun yang memberikan petunjuk jalan untuk sampai ke Masjid Kubah Emas. Lalu kami saling bertukar souvenir, saya memberikan baju kaos Couple, dan dia memberikan saya souvenir saat pernikannya bulan Desember kemarin, yang tentu saja tidak saya hadiri apalagi jauh di Dumai, Riau. Hehehe!   

Terimakasih untuk perjalanan dan pengalaman yang menyenangkan. Saya bisa mengulang lagi saat-saat ketika masih bersama beliau dulu di Palu, walau tidak lama. Teman saya pun memuji Bapak orang yang sangat baik.  Semoga ada kesempatan untuk bisa mengunjunginya lagi, Sampai nanti….


Masjid Agung Bogor




Masjid Kubah Emas


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel Hujan - Tere Liye

Resensi Novel "RINDU" - Tere Liye

Quotes of Lautan Langit