BORNEO
Beberapa minggu yang
lalu saya berkesempatan mengunjungi Pulau Kalimantan atau yang sering disebut
dengan “Borneo”. Perjalanan selama delapan hari mengunjungi empat kota dan satu
desa di Pulau Kalimantan.
1.
Balikpapan, di
kota ini hanya singgah di bandara Sepinggan (transit pesawat) hehehehe…. untuk
sampai ke Banjarmasin. Hal yang saya lihat saat di bandara sembari menunggu
pemberangkatan selanjutnya adalah bandara yang megah karena termasuk bandara
internasional, tetapi juga banyaknya wallpaper yang di pajang di beberapa
dinding bandara seperti penari-penari dayak, orang utan (save orang utan), dan
beberapa foto anggrek yang menjadi khas Kalimantan. Selain itu bandaranya
sangat bersih, setiap saat petugas kebersihan selalu ada untuk membersihkan
kotoran yang berserakan di lantai begitupun di sudut-sudut toilet.
Bandara Sepinngan - Balikpapan
2. Martapura,
sesampainya di bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin. Saya langsung naik taksi
menuju Martapura. Perjalanan kurang lebih satu jam. Dua hari saya berada di
sini. Kota ini sering disebut dengan “Serambi Mekkah” karena banyaknya sekolah
dan santri yang hilir mudik (pusat santri). Juga sering disebut dengan “Kota Intan’,
karena di sini tempat pendulangan batu intan dan pusat pertokoan berbagai macam
batu-batu permata, mulai dari gelang, cincin, kalung, bros, tas, dan berbagai
pernak-pernik asesoris lainnya.
Berada di sini
sangat menyenangkan terutama untuk para pengunjung seperti saya. karena, tempat
penginapan yang saya pilih tidak jauh dari tempat wisata yang akan saya
kunjungi selain mengirit biaya, juga bisa berolahraga karena cukup dengan
berjalan kaki. Lokasi “Taman Cahaya Bumi Selamat”, pusat pertokoan batu
permata, dan Masjid Agung Al Karomah Martapura semuanya bersebelahan.
Martapura
Masjid Agung Al Karomah - Martapura
kerajinan Kota Martapura
3. Kelampaian, tempat
ini merupakan tempat dimana dimakamkan ulama besar Banjarmasin Syekh Mohammad
Arsyad Al- banjari beserta
keturunannnya. Setiap hari
tempat ini ramai dikunjungi oleh peziarah dan di sekitar lokasi makam dan
Masjid, ada beberapa penjual batu-batu “khas” seperti halnya di martapura.
Perjalanan ke sana bisa ditempuh dengan menyewa angkot atau ojek.
4. Palangkaraya, perjalanan ke Palangkaraya dari Martapura bisa ditempuh dengan lima jam via darat, jika dari
Banjarmasin sekitar empat jam. Saya menggunakan kendaraan travel dengan 2 kali
pemberhentian untuk istirahat makan dan lainnya. Jalanannya lumayan bagus meski
agak bergelombang. Tapi yang menarik perhatian saya adalah adanya jembatan yang
cukup panjang kurang lebih 11 km, namanya Jembatan “Tumbang Nusa” di bawah
jembatan tersebut bukannnya sungai melainkan rawa-rawa. Sesampainya di kota
Palangkaraya, penataan kotanya semua jalan dibagi menjadi dua jalur yang cukup
lebar dan cukup bersih menurut saya. Selain itu bangunan Gereja dan Masjid di
beberapa jalan di kota ini cukup berdekatan atau berdampingan. Saya melihat
betapa rukunnya warga di kota ini.
5. Banjarmasin, ini adalah kota terakhir yang saya kunjungi di Borneo. Tidak jauh
berbeda dengan Martapura, karena Martapura adalah masih bagian kota dari
Banjarmasin. Saya menghabiskannya dengan belanja – belanja di pasar tradisional
yakni Pasar Anyar dan Pasar Sudi Mampir, membeli yang memang menjadi khas di
kota ini, seperti berbagai macam ikan kering, kerupuk dari olahan ikan, lulur,
paci, kain batik “Sasirangan” khas Banjarmasin, dan harga pakaian di sini juga cukup
murah. Mengunjungi Taman siring yang berseberangan dengan Masjid Raya Sabilal
Muhtadin. Dan puncaknya adalah makan soto banjar di Pasar Terapung Kuin, naik
klotok mengelilingi sungai barito, dan mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah.
Kain Sasirangan khas Banjarmasin
Taman Siring Banjarmasin
Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Masjid Sultan Suriansyah
Pasar Terapung Kuin - Banjarmasin
Comments
Post a Comment